apricothyuck

Kelana

#Kelana.

Nyatanya, euforia perjalanan mencintai Sahur harus kandas mulai dari saat ini. Berhari-hari, dan bermalam-malam pula saat yang Keenan nanti, laksana hilang berkelana dan tak akan kembali. Pucat wajah Keenan membelah keramaian bandara, di antara wajah-wajah penuh kesedihan keluarga korban kecelakaan pesawat di ikuti pengawal pribadi keluarga Keenan. Jas Keenan Ia sampirkan di lengan kiri, dasi entah lah hilang di mana, kemeja putih berantakan seraya lengan nya tergulung hingga sikut.

Sampai pada akhirnya Keenan terhenti di hadapan pusat informasi maskapai penerbangan. Ia tatap dengan netra penuh linangan air mata, layar informasi berikut nama-nama penumpang. Sungguh demi tuhan, Keenan masih berharap ini sebuah kesalahan informasi atau kesalahan data penumpang.

Keenan yakin, Sahur akan pulang. Pasti akan pulang kepadanya yang telah menunggu waktu ini hampir 6 tahun lamanya sejak Ia mengenal Sahur.

Keenan menunduk lama. Meremat erat Jas nya, sedetik kemudian menghempas Jas tersebut kuat-kuat ke lantai bandara. Kacau, hidup Keenan kacau berantakan. Keenan menangis terisak sembari menutup mulut dengan kepalan tangan. Keenan memukul dada seraya memanggil nama Sahur seolah hal tersebut menusuk jauh ke dalam sanubari, menembus nalar menyangkal seluruh kejadian ini. Hati Keenan remuk sejadi-jadi nya, Keenan tak henti memanggil nama Sahur.

Dari kejauhan, Keenan teralih akan suara Mami. Ia memanggil nama Keenan untuk menghampiri diri nya yang bahkan tak kuat lagi untuk berdiri.

Sempat, Keenan menahan tangis. Ia harus kuat di hadapan Mami. Setidaknya untuk saat seperti ini. Keenan sangat yakin, Mami juga sama terguncang nya. Mami sudah menganggap Sahur seperti anak.

Mami yang terduduk di kursi pengunjung menatap Keenan menengadah sedang Keenan membuang wajah ke arah lain. Enggan Keenan menatap wajah ranum itu, semakin di tatap Ia semakin tak berdaya.

Mami menggapai tangan kanan milik Keenan, meraih telapak nya lembut dan membawa tangan besar itu ke dalam kecupan singkat. “Nak, ini adalah rintangan yang harus kamu lalui. Kamu harus tabah, kamu harus berdiri tegap melalui semua ini”

Mami menarik badan Keenan sedikit menunduk, lalu beralih menangkup wajah Keenan sembari mengusap lembut wajah penuh air mata tersebut lalu berkata. “Mami, turut berduka cita untuk Sahur. Tolong relakan Sahur ya, Nak?”

Keenan tak kuasa, badan nya luruh berlutut di kaki Mami. Ia menangis sedalam-dalam nya memegangi kedua lutut, sementara Mami membawa Keenan dalam pelukan. Mami memejamkan mata seraya air mata nya turut runtuh. Kali ini bukan hanya dunia anak nya saja yang runtuh, hati nya pun ikut meluruh atas kejadian yang tak di duga.


Satu minggu berlalu, tak ada yang baik-baik saja dari insiden ini. Terlebih lagi, jenazah Sahur tidak di temukan. Ia sudah tenang jauh di dalam laut sana. Yang dapat di temukan hanya satu; Kamera Instax pemberian Keenan. Itu satu-satu nya, hal yang kembali pada Keenan.

Keenan menatap lekat-lekat laut di depan nya di balik pagar pembatas kapal TNI AL. Keenan mencari-cari cinta yang Ia lepas dengan segenap rasa ikhlas hati di antara deburan air Laut Jawa. Keenan mencari-cari di mana diri Sahur? Dimana lelaki yang Ia cintai itu? Kenapa tidak pulang pada nya?

Hanya Keenan yang menghadiri prosesi tabur bunga untuk menghormati korban. Beruntung, hanya Keenan satu-satunya orang yang Sahur miliki sebelum Ia benar-benar pergi.

Keenan tersenyum, sebulir air mata turun.

“Lights will guide you home. Semoga kita berdua, ditakdirkan untuk petualangan selanjutnya” ujar Keenan.