apricothyuck

prolog

#Prolog

Di pagi hari yang cerah, seorang kawula muda masih terlelap. Semburat cahaya fajar menyelinap masuk ke dalam kamar melalui kaca jendela, menyinari wajah nya yang tampan sekaligus cantik.

Sahur Ramadhan, mahasiswa yang terlihat seperti bukan mahasiswa ini masih bernaung di alam mimpi. Untung nya hari ini Sahur mendapati kelas siang untuk kuliah nanti. Tentu ia memanfaatkan waktu senggang seperti ini dengan tidur.

Di sela-sela keheningan pagi, tiba-tiba Sahur terdengar suara intro lagu dangdut yang sangat keras.

“Calya! Suara TV nya kecilin sedikit! Gua masih ngantuk!” teriak Sahur setengah sadar. Namun tidak ada respon dari adik perempuan nya, Renjana Calya.

Janganlah kau tanyakan besarnya cintaku Ku persembahkan untukmu, hanya kepadamu Oh dan janganlah kau ragukan luasnya cintaku Yang putih tulus untukmu, hanya kepadamu

“CALYA! BERISIK! MATIIN GAK!” Sahur muak. Ia terpaksa bangkit dari tidur nya lalu menggebrak dinding kamar yang terbuat dari kayu triplek lumayan tebal. “CALYA GAUSAH PURA PURA GAK DENGER”

Namun tidak ada respon apa-apa. Selang beberapa detik kemudian, Sahur sadar bahwa suara musik dangdut yang begitu keras ini bukan berasal dari dalam rumah nya. Melainkan dari rumah tetangga.

Dari balik jendela kamar nya, Sahur menatap rumah sebrang dengan mata yang berapi-api. Mata nya terfokus pada anak laki-laki yang sebaya dengan nya sedang mencuci motor dan menikmati alunan musik dangdut.

Sahur mengepalkan tangan lalu berjalan cepat turun ke lantai bawah, berniat ingin melabrak Mahen Andromeda, tetangga nya yang hobi dangdutan pagi-pagi. Nggak sekali, dua kali tidur pagi yang rutin Sahur laksanakan terganggu oleh tetangga nya itu.

Saat melewati ruang makan, Ayah, Bunda dan Calya yang sedang sarapan menatap Sahur bingung.

“Hur mau kemana?? Eh, mukanya kenapa jelek banget begitu??” tanya Ayah. Sahur tidak menghiraukan panggilan Ayah dan berlalu begitu saja.

“WOI MATIIN GAK SPEAKER LO!” teriak Sahur dengan kencang. Ia berjalan mendekati batas pagar rumah nya.

“JAMET! LO DENGER GAK GUA NGOMONG?????” yang di teriaki masih sibuk berjoget sambil mengarahkan semprotan air ke arah motor nya.

Ketika mata mereka berdua bertemu, seolah suasana hening. Sahur masih menatap Mahen dengan seluruh amarah nya, sedangkan Mahen tanpa disadari terpesona. Terpesona akan lelaki mungil yang sedang mencak-mencak ke arah nya, kelihatan baru bangun tidur karna surai coklat nya seperti orang habis kesentrum.

Tanpa disangka sangka, saking terpesona nya Mahen tidak sengaja mengarahkan semprotan yang bertegangan lumayan kuat ke wajah Sahur.

Habis sudah. Seluruh wajah, bahkan merembet sampai ke badan Sahur basah semua.

“ASTAGFIRULLAH!” teriak Calya dan Ayah secara bersamaan dari ambang pintu rumah.

Sahur pun mematung setelah di semprot air oleh Mahen. “EH, MAAFIN!” setelah nya Mahen kabur ke dalam rumah.

Ayah dan Calya kewalahan menahan Sahur yang ingin mengejar Mahen lalu meberi balasan atas apa yang ia perbuat barusan.

“Lu tunggu pembalasan gua, Mahen!” ucap Sahur dalam hati nya.