o n e i r a t a x i a

(n.) Ketidakmampuan untuk membedakan antara fantasi dan kenyataan


Johnny mengedarkan netra hazel nya keseluruh penjuru kediaman Jaehyun. Sejak sepuluh menit berlalu, Johnny belum menemukan objek jemputan nya, mengingat Jaehyun yang membuat sebuah janji pertemuan pagi ini dari jauh hari.

Kesayangan nya itu ingin bertamasya ke salah satu taman bunga yang baru saja buka di kota mereka. Kebetulan taman bunga tersebut tidak terlalu jauh dari tempat tinggal Jaehyun.

Tak jauh dari tempat Johnny berdiri tepat di luar pagar rumah tipe 36 tersebut, seseorang sedang tergesa-gesa menyusun barang bawaan yang ia letak-kan secara paksa dalam keranjang sepeda.

Ya, itu Jaehyun kesayangan nya.

Melihat hal tersebut, Johnny segera beranjak dari sepeda gunung nya untuk menyambangi Jaehyun.

Hey, need some help?” berat suaranya mengujar lembut.

“Iya aku butuh. Lihat, ini semua tidak bisa masuk sepenuh nya kedalam keranjang ku!” rengut Jaehyun.

Johnny mengerjap sesaat. “Kenapa barang bawaan mu banyak sekali? Kau pikir keranjang sekecil ini muat untuk bawaan sebanyak ini?”

Jaehyun mengamati kembali barang bawaan nya. “Benar juga. Baiklah. Aku akan bawa kotak bekal isi roti ini saja dan dua botol air mineral untuk kita” ucap Jaehyun sambil tersenyum pada Johnny lalu terukir lesung di pipi nya.

Yang lebih besar pun membalas senyuman dengan tak kalah manis. Ia mengacak surai ikal panjang milik Jaehyun yang berwarna kecoklatan sayang.

“Makanan sudah. Air mineral sudah. Kamera sudah. Apa yang belum ya, Johnny?”

Sweater tebal mu” ujar yang lebih besar sembari memeriksa ban sepeda si kecil.

Kembali nya dari dalam rumah untuk mengambil sweater, Johnny menatap Jaehyun dengan seksama. Ia menatap mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki Jaehyun.

Si kecil terlihat sangat manis mengenakan sweater oversize berwarna hijau bertuliskan 'LOS ANGELES' ditambah celana kain yang pendek nya selutut berwarna merah hati. Lalu sepatu kets berwarna mocca lengkap dengan kaus kaki putih bersih. Dan jangan lupakan rambut coklat halus milik Jaehyun yang bersinar akibat terpapar cahaya Mentari.

“Kenapa? Aku semanis itu, ya?” tanya Jaehyun dengan nada yang dibuat menggoda.

Setengah mati Johnny menahan senyum geli yang spontan ingin membersit. “Lihat, pipi mu sangat merah seperti udang rebus. Kau lupa memakai tabir surya mu, iya?”

Jaehyun melemparkan tatapan sinis. “Johnny! Jangan mengalihkan topik pembicaraan! Akui saja kalau aku ini memang manis!”

“Baiklah. Kau paling manis, Jaehyun. Sangat manis” Johnny berujar lembut, menghela napas samar.

Pipi Jaehyun bersemu merah mendengar pujian dari bibir Johnny yang memang harus di minta terlebih dahulu baru pacar nya itu akan berkata jujur.


“Jaehyun sudah cukup main-main nya. Ayo makan” seru Johnny dari kejauhan.

Di sisi lain, Jaehyun tengah sibuk bermain kesana kemari dengan anjing tua penunggu taman bunga itu.

Senyum Jaehyun mengembang lebar begitu obsidian disana menangkap siluet dengan punggung tegap tengah duduk membelakangi diri nya. Punggung pria yang amat Ia sayangi.

Cepat lelaki itu memperbesar langkah nya untuk menghampiri yang lebih besar.

“Johnny! Johnny! Ternyata dia jinak” Jaehyun berbinar-binar.

Bibir Johnny tak kuasa membentuk senyuman. “Kemarilah. Akan ku foto kalian berdua”

Setelah puas saling berfoto-foto bersama anjing tua tersebut, mereka memutuskan untuk menyantap bekal isi sandwich buatan Jaehyun.

Jaehyun tersenyum simpul. “Kau suka?”

“Suka. Apapun masakan mu, pasti tidak pernah mengecewakan lidah ku” ujar Johnny setelah menelan satu gigitan sandwich buatan Jaehyun.

Selesai dengan urusan lambung, mereka bersantai diatas rumput beralaskan kain satin berwarna putih sambil menatap hamparan bunga-bunga bermekaran yang terlihat sangat indah tersorot cahaya Mentari untuk menghabiskan waktu.

Sampai pada akhirnya netra mereka saling bertemu. Hening beberapa saat.

“Johnny, sesungguh nya rencana mengajakmu bertamasya pagi ini, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan”

Dahi Johnny sontak berkerut. “Perihal?”

“Kita─cukup sampai disini......”

“Jae, what do you mean?” potong Johnny.

Terdengar napas panjang Jaehyun mengembus. “Aku akan menikah. Terhitung sebulan dari sekarang, bersama wanita pilihan Ibu”

After everything we've been through, Jae?” suara yang lebih besar meninggi.

Jaehyun menyaksikan perubahan air muka Johnny. “Johnny, maaf. Aku minta maaf”

Dengan sedikit gemetar, Jaehyun berdiri hendak meninggalkan Johnny di taman bunga itu, tapi lengan nya segera ditarik pria yang akan Ia tinggalkan.

Air mata Johnny pecah. “Don't leave me....please....” Johnny bersimpuh diatas kedua lututnya, memeluk kaki Jaehyun.

Please, say something Jae, apa saja─apa saja yang kau ingin kan, pasti akan ku beri. Tapi tolong, jangan seperti ini. Jangan buang aku” tangis Johnny kian menjadi saat Jaehyun akan beranjak menjauh.

I've lost so much already, I can't lose you too....

Namun terlambat, saat itu juga Jaehyun benar-benar sudah lenyap dari pandangan nya. Johnny berteriak, menyerukan nama Jaehyun bak pesakitan tetapi Jaehyun tetap pada jalan nya, tidak menoleh sedikit pun.

Pada waktu yang sama, Johnny hanya bisa menangis, dan memberontak sekuat tenaga kala dirinya justru seolah ditahan dan terhisap mundur oleh banyak tangan yang mencengkram di sekeliling nya.

Johnny tidak menyerah dan terus memberontak tanpa memikirkan orang-orang asing disekeliling yang menarik diri nya semakin mundur agar tetap tenang.

“Jaehyun! Jangan tinggalkan aku!” teriak Johnny semakin kencang, pun air mata nya tak berhenti mengalir. Rasa sakit ini sangat menyiksa.

Tiba tiba saja, ntah dari mana asalnya, seorang wanita asing berpakaian serba putih menangkup wajah Johnny untuk menenangkan nya. Menutup pandangan Johnny sepenuh nya dari punggung mungil milik Jaehyun.

“Pak, sudah cukup! Jangan memberontak! Tidak ada yang namanya Jaehyun disini! Kau terlalu larut pada delusi mu!”

“MINGGIR! LEPASKAN AKU!” bentak Johnny kasar dan hampir melukai wanita tersebut. Tapi semakin memberontak, semakin banyak pula tangan yang menahan tubuh nya.

“Pak, tolong tenang sedikit!” Wanita asing tersebut kewalahan saat ingin menyuntikkan bius pada tubuh besar Johnny.

“APA YANG KAU─” seluruh otot syaraf ditubuh Johnny melemah seketika. Diri nya jatuh tersungkur ke rumput gersang.

Seluruh dunia Johnny mendadak hening.

Kepala nya berputar hebat.

Johnny masih berusaha mencerna keadaan.

Pandangan nya berkunang-kunang, mata nya mengerjap pedih. Seiring bius menjalar dengan cepat dalam darah.

Terik matahari menembak lurus ke netra nya. Sangat menyilaukan.

Bius berhasil melumpuhkan seluruh tubuh Johnny, tapi tidak dengan kesadaran nya.

Johnny mengangkat mukanya perlahan-lahan. Mata sayu itu masih mampu menelisik orang-orang asing disekeliling nya, orang-orang tersebut berseragam rumah sakit dengan bau obat-obatan yang menyengat.

Netra hazel itu berhenti pada satu siluet yang Ia kenal. Penglihatan Johnny menangkap seorang lelaki yang amat Ia cintai.

“Jaehyun.....” ucap Johnny lirih.

Tidak jauh beberapa meter dari tempat yang sama, yaitu pekarangan bagian belakang Rumah Sakit Jiwa, Jaehyun menangis bisu menyaksikan separuh semesta nya terkujur lemah dibawah pengaruh bius.

Jaehyun menunduk, mengerjapkan mata. Ia hampir tidak bisa melihat apa-apa dari netra nya yang kian mengabur.

Hati Jaehyun menginterupsi untuk berhambur pada tubuh lemah Johnny disebrang sana, namun raga nya tak sanggup menabur trauma lebih banyak lagi pada Johnny.

“Jaehyun? tumben sekali pagi-pagi sudah berada disini......” ucap seorang pria ber-jas putih yang menepuk bahu nya pelan.

Sadar, Jaehyun pun mengusap air mata nya pelan. “Ah─ Jaemin. Aku hanya rindu pada Johnny. Hampir satu tahun aku tidak mengunjungi nya”

“Tapi, istri mu? Apa dia tau?” tanya Jaemin.

“Tidak. Rosé tidak pernah tahu perihal Johnny, sedikit pun”

Jaemin terkesiap, lalu diam beberapa saat.

“Skizofrenia Johnny tak kunjung membaik dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Ia hanya bisa tenang ketika bius berhasil masuk pada tubuh nya. Ditambah lagi pagi ini diri mu tertangkap oleh penglihatan Johnny, sehingga trauma masa lalu dimana saat kau meninggalkan nya terputar kembali” jelas dokter muda tersebut.

Jaehyun semakin merunduk, hati nya remuk berkecamuk. “Maaf”

Jaemin menatap nanar temannya. “Apa boleh buat Jaehyun, lagi pun Johnny sekarang sudah sedikit lebih tenang dibawah pengaruh obat”

Jauh dalam hatinya, Jaehyun sangat menyesali perlakuan nya dua tahun silam pada Johnny. Meninggalkan pria itu begitu saja dan menyisakan penyakit gangguan jiwa yang berat pada Johnny. Merusak seluruh kehidupan nya, dan ini adalah penyesalan terbesar dalam hidup Jaehyun, andai saja mereka tidak dipertemukan takdir mungkin ujung nya tidak akan sepedih ini untuk mereka berdua.

Jika saja masih diberi kesempatan untuk mendoakan hal baik kepada Johnny setelah semua hal buruk yang menimpa, Jaehyun hanya ingin satu hal.

You deserve all the happiness, John

─── oneirataxia usai.