#Epilog.

Sahur membuka netra perlahan-lahan. Terlalu terang. Ia belum siap untuk ini.

Secarik senyum merekah, Sahur memandangi taman di sekeliling nya. Taman yang amat sangat Sahur kenali, taman yang selalu Sahur kunjungi bersama Mahen.

Sahur mengayuh pelan ayunan yang membawa diri, senyuman nya semakin mengembang seketika terdengar sayup-sayup kayuhan sepeda mendekat. Kayuhan yang Sahur tahu pasti siapa pemilik nya.

Seseorang tersebut berhenti tepat di belakang ayunan taman yang di duduki oleh Sahur. Sang lelaki itu berjalan mengendap ngendap serta merta menutup dua mata Sahur dengan telapak tangan.

Sontak Sahur tersenyum kian gembira. Hati nya bersorak dan berpacu kencang akan sentuhan yang Ia rindukan.

Sahur membalikkan tubuh.

Ia dapati Mahen di belakang nya tersenyum manis. Wajah mereka sangat dekat sampai-sampai sedikit jarak tersisa.

Mereka tertawa riuh. Semua rasa yang dulu sempat terkubur sangat dalam seolah muncul meledak-ledak baik untuk Mahen ataupun Sahur.

Sahur menatap Mahen sangat dalam, seraya jemari nya bergerak lembut mengusap surai lebat Mahen.

Sahur menatap tiap pahatan wajah manusia yang sangat Ia cintai.

“We finally found our own peace and freedom, and we finished the chapter, happily ever after. Maaf bikin lu nunggu lama ya, jamet?”

Mahen mengambil tangan Sahur penuh semangat. “And we finally meet again. Ayo kita pergi, Saa”

Dua anak adam tersebut berjalan menjauh, sembari saling bergenggam tangan. Cinta mereka pada akhirnya bernaung kembali.

── End.